MAKALAH
KEDASYATAN PETIR DAN SISTEM
PENANGKALNYA
Makalah Disusun untuk
Memenuhi Tugas Keterpaduan Islam dan IPTEK
Dosen Pengampu: Noor Saif Muhammad Mussafi, M.Sc

Disusun
oleh:
Ima Lestari
13600011
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Petir merupakan sebuah fenomena alam
berupa kilatan cahaya disertai suara menggelegar yang sering dijumpai menjelang
atau ketika hujan, dengan temperatur sambaran melebihi panas permukaan matahari
dan kekuatan benturan yang menyebar ke
segala arah. Mengingat letak geografis Indonesia di lalui garis katulistiwa
menyebabkan Indonesia beriklim tropis, akibatnya Indonesia memiliki hari guruh
rata-rata per tahun sangat tinggi. Dengan demikian seluruh bangunan di
Indonesia memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakan akibat terkena
sambaran petir.kerusakan yang ditimbulkan dapat menyebabkan peralatan serta
manusia yang berada di dalam bangunan tersebut. untuk melindungi dan mengurangi
akibat sambaran petir maka harus
dipasang sistem pengaman pada bangunan tersebut. sistem pengaman itu salah
satunya berupa sistem penangkal petir beserta kabel penyalur (Down conductor) dan pertahanannya (Grounding system) sesuai standar yang
telah di tentukan. Mengingat tentang kedasyatan petir, sebelumnya telah di
jelaskan dalam al-Quran pada surat ar Rum ayat 12 dan 13, yang mengisahkan
bahwasanya petir bisa menjadi kabar gembira akan turunnya hujan, namun bisa
sebagai azab atau peringatan bagi makhluk bumi, sebagai mana diriwayatkan dalam
hadist malik 1576. Untuk memahami lebih dalam tentang kedasyatan petir dan
sistem penangkalnya akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
BAB II
DASAR TEORI
A.
Definisi
Petir
Petir
merupakan sebuah fenomena alam berupa kilatan cahaya disertai suara menggelegar
yang sering dijumpai menjelang atau ketika hujan. Namun bukan berarti ketika
hujan akan selalu disertai dengan petir. Petir hanya terjadi jika terdapat awan
Cumulonimbus (Cb). Petir terjadi
karena perbedaan potensial antara dua medium. Dalam hal ini dua medium tersebut
yaitu antara awan dan bumi atau awan dengan awan. Dalam kondisi cuaca yang
normal perbedaan potensial antara permukaan bumi dengan ionosphere adalah sekitar
200.000 sampai 500.000 volt dengan kerapatan arus sekitar
. Beda potensial ini
disebabkan oleh distribusi badai guntur di permukaan bumi (Husni, 2008).

Petir
dapat digolongkan dalam beberapa jenis. Berdasarkan proses terjadinya, petir dapat
dibedakan menjadi 4 jenis (Husni, 2002) diantaranya:
1.
Petir awan ke tanah (CG)
Petir
awan ketanah (could to ground/CG), merupakan
jenis petir yang palig berbahaya dan merusak. Sebagian besar terjadi dari
pelepasan muatan negatif pada awan bagian bawah ke bumi. Namun sambaran positif
juga mampu terjadi terutama di musim dingin (winter).
Gambar
1. Tipe awan ke tanah (BMKG, 2002)

2.
Petir dalam awan (IC)
Petir
dalam awan (intracloud/IC), merupakan
jenis petir yang paling umum terjadi antara pusat-pusat muatan berlawanan dalam
satu awan yang sama.
Gambar
2. Tipe dalam awan (BMKG, 2002)

3.
Petir awan ke awan (CC)
Petir
awan ke awan (Could to cloud/CC), pada
jenis ini terjadi antara pusat-pusat muatan yang berbeda pada awan yang berbeda
pula. Pelepasan muatan terjadi pada udara cerah antara awan awan tersebut.
Gambar
3. Tipe awan ke awan (BMKG, 2002)

4.
Petir dari awan ke udara (CA)
Biasanya
terjadi antara awan bermuatan positif dengan udara bermuatan negatif. Jika
petir ini terjadi pada awan bagian bawah maka merupakan kombinasi dengan tipe
petir CG. Petir CA tampak seperti jari-jari yang berasal dari petir CG.
Gambar
4. Tipe awan ke udara (BMKG, 2002)

B.
Mekanisme
Terjaninya Petir dan Guruh
Terjadinya
petir akibat adanya perpindahan muatan negatif ke muatan positf. Petir
merupakan lompatan bunga api dengan volume besar antara sua massa dengan muatan
listrik yang berbeda. Petir terjadi minimal memiliki dua sambaran. Sambaran
pertama bermuatan negatif mengalir dari awan ke tanah. Sambaran kilat ini
biasanya memiliki percabangan yang dapat dilihat keluar dari jalur kilat utama.
Sambaran kedua yang bermuatan positif inilah terbentuk dari dalam jalur kilat
utama yang langsung keluar menuju awan. Kilat yang terbentuk turun secara sepat
ke bumi dengan kecepatan 96.000 km/jam. Sambaran pertama mencapai titik
permukaan bumi dalam waktu milidetik dan sambaran kedua dengan arah berlawanan
menuju awan dalam tempo 70 mikrodetik setelahnya.
Terjadinya
guruh karena saat udara dilewati petir, terjadi pemanasan dan pemuaian udara
dengan sangat cepat. Sehingga udara menjadi plasma dan meledak menghasilkan
suara yang menggelegar. Sebenarnya proses terbentuknya suara ini terjadi bersamaan saat terjadinya petir. Namun suara
guruh baru terdengan setelah petir terlihat. Keterlambatan suara guru itu
terjadi karena perbedaan kecepatan cahaya
dan kecepatan bunyi di udara
.


Sesuai
dengan rumus kecepatan, yaitu:

Dengan
s: jarak (m), V: kecepatan (m/s), t: waktu (s)
Sehingga
dapat dihitung jarak antara petir dan guruh dengan berpedoman paada berapa lama
suara guruh terdengar setelah petir (karena kecepatan cahaya sangat cepat maa
diabaikan).
C.
Proses
Terjadinya Sambaran Petir
Sambaran
petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan
awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus
menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan
awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas
atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika
perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup beasar maka akan terjadi
pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui
elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi
udara inilah terjadi ledakan suara. Sambaran petir lebih sering terjadi pada
musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih
tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada
awan yang bermuatan negatif dan awAn bermuatan positif, maka sambaran petir juga bisa terjadi antar awan
yang berbeda muatan.
Gambar 5. Proses terjadinya petir

Proses
perpindahan muatan negatif (elektron) menuju ke muatan positif (proton) inilah
yang mengakibatkan terjadinya sambaran petir. Para ilmuan menduga lompatan
bunga api listriknya sendiri terjadi dalam beberapa tahapan yang biasanya
dilalui. Pertama adalah pemampatan medan listrik pada awan bersangkutan.
Umumnya, akan menumpuk di bagian paling atas awan adalah listrik muatan
positif, sementara di bagian dasar adalah muatan negatif. Sedangkan di bagian
tengah inilah berbaur muatan negatif dengan muatan positif, pada bagian inilah
petir biasa berlontaran. Petir dapat terjadi antara awan dengan awan, dalam
awan itu sendiri,antara awan dan udara, antara awan dengan tanah (bumi).
D.
Efek
Sambaran Petir
Sebuah
sambaran petir menghasilkan energi yang sangat besar, bisa mencapai 300 juta KW
dengan besar tegangan listrik 125 juta KV dari rata-rata arus petir diatas
20.000 A.
Pengaruh
yang ditimbulkan oleh petir:
-
Efek induksi, menyebabkan tidak berfungsinya
peralatan maupun terjadi kesalahan data
-
Efek panas, menyebabkan terjadinya
kebakaran
-
Efek akustrik, menimbulkan gangguan pada
gelombang radio
-
Efek pada manusia atau hewan akan
menyevavkan kerusakan bahkan kematian yang disebabkan besarnya arus petir
E.
Sistem
Penangkal Petir
Penangkal
petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai jalan bagi petir menuju
ke permukaan bumi tanpa merusak benda-benda yang dilewatinya. Penangkal petir
secara umum digunakan di seluruh dunia sebagai perlindungan petir. Instalasi
petir dianggap efektif karena mengurangi kerugian terkait bebakaran dan
kerusakan struktur akibat sambaran petir. Alat ini umumnya terbuat dari logam,
idealnya logam yang sangat kondusif seperti tembaga atau alumunium. Ketika
petir menyambar logam tersebut, listrik akan disalurkan melalui kawat menuju ke
tempat pembumian (grounding). Penyalur
petir bekerja dengan mengalihkan listrik dari struktur bangunan yang rentan.
Itu sebabnya alat ini lazim dipasang di atap bangunan.
Benjamin
Franklin adalah seorang tokoh Amerika Serikat yang diakui melalui karyanya
sebagai penemu anti petir. Franklin melakukan sejumlah eksperimen dengan petir,
termasuk menggunakan layang-layang yang dicenteli kunci. Dia merupakan ilmuwan
yang sangat tertarik ,mengeksplorasi petir dan listrik. Menyadari bahwa petir
merupakan ancaman besar, Franklin datang dengan ide penangkal petir yang
kemudian langsung melejit kepopulerannya. Ratusan tahun kemudian, orang masih
menggunakam desain dasar yang ditemukan Benjamin Franklin. Ada beberapa
perdebatan bagaimana bentuk ujung pangkalan petir. Pangkalan petir rancangan
Franklin berbentuk seperti jarum raksasa dan ujungnya lancip. Banyak orang
Amerika menyukai desain ini karena dianggap sangat efektif. Namun, sebagian
desainer Inggris berpendapat bahwa pangkalan petir akan lebih baik jia ujungnya
berbentuk bola. Semua perbedaan desain ini tampaknya sama-sama bekerja efektif.
Perbedaan desain penyalur petir akhirnya lebih ditentukan oleh preferensi
masing-masing pengguna.
Gambar 6. Penangkal Petir

BAB III
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Keislaman
1.
Surat
Ar Ra’d ayat 12

Artinya:
“Dialah
Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan kekuatan dan
harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.”
Tafsir
Jalalayn ayat tersebut adalah:
Ayat
|
Tafsir
|
Dialah Tuhan yang memperlihatkan
kilat kepada kalian untuk menimbulkan ketakutan
|
Terhadap orang-orang
yang sedang musafir disebabkan suara halilintar
|
Dan harapan
|
Bagi orang yang
bermukmin terhadap turunnya hujan
|
Dan Dia mengadakannya
|
Menciptakan
|
Awan yang tebal
|
Karena mengandung air
hujan
|
2.
Surat
Ar Rad ayat 13

Artinya:
“Dan
guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (demikian pula) para malaikat karena
takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada
siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentng Allah, dan
Dialah Tuhan Yang Maha keras saksi-Nya”
Tafsir
Jalalayn ayat tersebut:
Ayat
|
Tafsir
|
Dan
guruh itu bertasbih
|
Yaitu
malaikat yang diserahi tugas untuk menggiring mendung seraya
|
Memuji
Allah
|
Artinya
ia selalu mengucap ‘subhaanallaah wa bihamdhi’
|
Dan
|
Demikian
pula bertasbihlah
|
Para
malaikat karena takut kepada-Nya
|
Kepada
Allah
|
Dan
Allah melepaskan halilintar
|
Yaitu
api yang keluar dari mendung
|
Lalu
menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki
|
Kemudian
halilintar itu membakarnya. Ayat ini diturunkan berkenaan seorang laki-laki
yang Nabi saw, mengutus seseorang untuk menyerunya menyembah Allah. Akan
tetapi laki-laki itu menjawab, “Siapakah utusan Allah itu, dan siapakah Allah
itu; apakah ia dari emas atau dari perak atau dari tembaga.” Menyambarnya Ketika itu juga turunlah
halilintar menyambarnya sehingga hancur tulang batok kepalanya
|
Dan
mereka
|
Orang
kafir
|
Ayat
|
Tafsir
|
Berbantah-bantah
|
Selalu
membantah Nabi saw
|
Tentang
Allah dan Dialah Tuhan Yang Maha Keras siksa-Nya
|
Maha
Kuat atau Maha Keras azab-Nya
|
Sebab turunnya ayat
An-Nasa’i dan al Bazzar meriwayatkan
dari Anas bahwa Rasulullah mengutus salah seorang sahabatnya kepada salah satu
pemuka jahiliah untuk menyerunya masuk islam. Oleh yang didakwahi tersebut
merespons, “Tuhanmu yang kamu seru aku untuk menyembahnya, terbuat dari apa?
Apakah dari besi, tembaga, perak, atau emas?” sahabat yang diuus memberi tahu
beliau. Orang tersebut tetap memberi respon yang sama pada seruan kedua dan ketiga
sehingga akhirnya Allah mengirim petir yang menghanguskan tubuhnya dan turunlah
ayat ini, “...dan Allah melepaskan
halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki,...” hingga
akhir ayat.
Al-Qurthubi menyebutkan sebab lain.
Tulisnya, “Al-Mawardi menyebutkan dari Ibnu Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan
Mujahid bahwa ayat ini turun tentang seorang Yahudi yang berkata kepada Nabi
saw, “Beritahukan kepadaku, dari apa Tuhanmu? Apakah dari permata atau dari
berlian?” maka menyambarlah petir yang menghanguskan badannya. Ada yang
mengatakan bahwa ayat ini turun tentang sebagian kaum kafir Arab.”
Ibnu Katsir menyebutksn drbsb turunnys
syst ini adalah kisah Arbad dan ‘Amir yang disebutkan sebelumnya. Dan di
samping sebab ini ia juga menyebutkan sebab-sebab yang disebutkan diatas oleh
as-Suyuthi dan al-Qurthubi.
3.
Sabda
Rasulullah dalam Hadis Malik Nomor 1576

Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku Malik dari [‘Amir bin
Abdullah bin Zubair] bahwa jika dia mendengar suara petir, dia meninggalkan pembicaraan
lalu membaca,”SUBHANA ALLADZI YUSABBIHU RA’DU BI HAMDIHI WA AL MALAIKATU MIN
KHIFATIHI. (Maha Suci Allah, Dzat yang disucikan oleh guruh dengan pujiannya
dan para malaikat takut kepada-Nya).” Kemudia dia berkata, “sesungguhnya ini
adalah peringatan bagi penduduk bumi.”
B.
Kedasyatan
Konsep
Petir, kilat dan guruh adalah fenomena alam yang
terjadi di langit dan merupakan bukti kekuatan Allah swt. Dari satu sisi ia
merupakan sumber ketakutan dan dari sisi lain merupakan penyebab turunnya hujan
yang merupakan rahmat Allah bagi penduduk bumi. Menurut pandangan al-Quran,
gelegar guruh yang merupakan fenomena alam, merupakan ucapan tasbih dan puja
puji kehadiran Allah swt. Sedangkan tasbih dan puja puji ini tak lain ialah
pernyataan pengagungan Allah yang terbebas dari segala macam aib dan cacat
cela, serta Maha Esa tanpa sekutu. Para malaikat pun, yang bertuga mengatur
awan dan hujan merasa takut berbuat maksiat kepada Allah, sehingga para
malaikat ini pun selalu dalam keadaan bertasbih dan memuji Allah seraya
mentaati semua perintah-Nya.
Segala sesuatu tidak akan terjadi kecuali dengan
seizin Allah swt. Petir dan kilat tidak akn menyambar siapapu kecuali dengan
kehendak Allah swt. Setelah semua itu, bagaimana mungkin musyrikin dan kaum
kafir meragukan wujud Allah dan masih saja berdebat mengenai keberadaan dan
kekuasaan Allah? Apakah mereka itu memiliki andil dalam mengatur semua fenomena
alam termasuk awan, hujan, petir dan kilat? Sebagaimana disebutkan dalam ayat
ini? Perlu diingatkan bahwa petir dan kilat adalah fenomena alami, yang mungkin
akan dipandang sebagai peristiwa biasa di alam ini. Akan tetapi dalam beberapa
kasus, petir dapat tampil sebagai hukuman dan azab Ilahi.
Berkenaan dengan kaum Tsamud, al-Qur’an menceritakan
bahwa mereka itu mendapat azab Allah dengan petir. Dalam hadis malik nomor 1576
disebutkan bahwa Rasulullah saw, ketika mendengan gemuruh petir dan guntur,
sedangkan beliau tengah berbicara, maka beliau menghentikan pembicaraan dan
membaca doa-doa. Pujian dan tasbih oleh semua makhluk juga diantaranya fenomena
yang disebutkan dalam al Qur’an, yang mengisahkan bahwa semua itu bertahmid dan
bertasbih kepada Allah dengan berbagai macam cara dan bentuk. Semua itu
membuktikan bahwa semua makhluk Allah yang kita kenal sebagai benda matipun
ternyata dalam pandangan Allah adalah makhluk-makhluk yang memiliki perasaan.
Akan tetapi al Qur’an pun menegaskan bahwa manusia pada umumnya tidak akan
memahami hakikat tasbih dan tahmid benda-benda mati dan fenomena alam itu.
Dari dua ayat tadi, terdapat tiga pelajaran yang
dapat dipetik:
1) Mengenali
berbagai peri stiwa alam dan perannya dalam kehidupan ini haruslah mampu
meningkatkan iman kita kepada Allah swt. Karena alam dan undang-undang yang
berlaku padanya, semuanya adalah makhluk yang tunduk kepada kekuasaan Allah
swt.
2) Seluruh
alam wujud berada dalam keadaan bertasbih san bertahmid, mengagungkan dan
menyucikan Allah swt. Untuk itu, seharusnyalah manusia sebagai makhluk paling
mulia, lebih tekun dalam hal ini.
3) Segala
sesuatu berada di tangan Allah swt. Petir dan kilat yang merupakan rahmat
Allah, dapat pula berperan sebagai azab Allah yang sangat menakutkan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas dapat kita simpulkan
bahwa:
1. Kedasyatan
petir telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat Ra’d ayat 12-13 bahwasanya
Allah menurunkan petir sebagai azab untuk orang musyrikin. Saking dasyatnya,
petir tersebut sampai memecahkan batok kepala orang musyrikin tersebut.
2. Melalui
peringatan Allah berupa petir tersebut, kita sebagai hamba Allah diperintahkan
untuk berdoa dengan mengucapkan lafadz “SUBHANA
ALLADZI YUSABBIHU RA’DU BI HAMDIHI WA AL MALAIKATU MIN KHIFATIHI. (Maha
Suci Allah, Dzat yang disucikan oleh guruh dengan pujiannya dan para malaikat
takut kepada-Nya)” dan menghentikan aktivita kita ketika mendengar suara petir.
3. Adanya
petir menunjukkan kebesaran Allah.
4. Mengingat
kedasyatan petir tersebut, kini seiring dengan perkembangan teknologi telah
muncul sebuah sistem yang dapat mengurangi dampak dari sambaran petir berupa
penangkal petir yang ditemukan oleh Benjamin Franklin.
B.
Saran
Manusia
harus senantiasa mengingat Allah baik dalam keadaan apapun. Walaupun kini telah
ada sistem penangkal petir yang dapat mengurangi resiko sambaran petir, namun
bukan tidak mungkin sambaran petir itu dapat terjadi. Karena Allah menurunkan
petir kepada siapapun yang Dia kehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Husni, M. 2008. Bahan Ajar Diklat Teknis Geofisika: Pengamatan
Petir. Pusdiklat BMKG. Jakarta.
Husni, M. 2002. Mengenal Bahaya Petir. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika, 3(4), Oktober-Desember 2002. BMKG. Jakarta.
Jalaluddin as-Suyuthi.
2008. Asbabun Nuzul, Sebab Turunnya Ayat
Al-Quran. Gema Insani. Jakarta
Comments
Post a Comment